Wednesday, April 5, 2017

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN JIWA HALUSINASI



MAKALAH
HALUSINASI

O

L

E

H


HERDI Y KOMALING
MOTIS YOHAME
RICHARD REHAJI
MATA KULIAH :
KEPERAWATAN JIWA



UNIVERSITAS SARIPUTRA INDONESIA TOMOHON
FAKULTAS KEPERAWATAN
2014




KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat  Tuhan, karena berkat rahmat dan karuniaNyalah akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa.Adapun tujuan dari makalah ini adalah untuk memahami mengenai  halusinasi.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna, mengingat pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki masih sangat terbatas. Oleh karena itu, kami juga mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun semangat, agar kedepan kami bisa membuat makalah dengan lebih baik. Dan kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kami, khususnya pembaca dan pihak yang memerlukan pada umumnya.
Semoga Tuhan memberikan rahmat serta karuniannya kepada semua pihak yang telah turut membantu penyusunan makalah ini.




                                                                                                            Tomohon 16 oktober 2014










BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang
Menurut WHO  sehat adalah keadaan keseimbangan yang sempurna baik fisik, mental dan social, tidak hanya bebas dari penyakit dan kelemahan. Menurut UU Kesehatan RI no. 23 tahun 1992, sehat adalah keadaan sejahtera tubuh, jiwa, social yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara social dan ekonomis.
Sakit adalah ketidakseimbangan fungsi normal tubuh manusia, termasuk sejumlah system biologis dan kondisi penyesuaian.  
Kesehatan jiwa adalah satu kondisi sehat emosional psikologis, dan social yang terlihat dari hubungan interpersonal yang memuaskan, perilaku dan koping yang efektif, konsep diri yang positif, dan kestabilan emosionl (Videbeck, 2008)
Gangguan jiwa didefenisikan sebagai suatu sindrom atau perilaku yang penting secara klinis yang terjadi pada seseorang dan dikaitakan dengan adanya distress (misalnya gejala nyeri) atau disabilitas (kerusakan pada satu atau lebih area fungsi yang penting) (Videbeck, 2008)
Halusinasi adalah suatu gejala gangguan jiwa pada individu yang ditandai dengan perubahan sensori persepsi: merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, perabaan pengecapan dan penghiduan (Keliat, 2009).
Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan internal (pikiran) dan rangsanag eksternal (dunia luar). Klien memberi resepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek rangsangan yang nyata. Sebagai contoh klien mengatakan mendengar suara padahal tidaka ada orang yang berbicara (Kusumawati dan Hartono).
B. Rumusan Masalah
1.  Apakah pengertian dari halusinasi ?
2.  Apa saja jenis-jenis dari halusinasi ?
3. Apa saja tahap-tahap  dari halusinasi ?
4. Apa saja factor yang mempengaruhi halusinasi ?
5. Apa saja tanda dan gejala dari halusinsai ?
6. Apa saja komplikasi dari halusinasi ?
C. Tujuan
1.  Untuk mengetahui pengertian dari halusinasi ?
2.  Untuk mengetahui jenis-jenis dari halusinasi ?
3. Untuk mengetahui tahap-tahap  dari halusinasi ?
4. Untuk mengetahui factor yang mempengaruhi halusinasi?
5. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari halusinsai ?
6. Untuk mengetahui komplikasi dari halusinasi ?








BAB II
PEMBAHASAN

A.     Pengertian Halusinasi
Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan internal (pikiran) dan rangsanag eksternal (dunia luar). Klien memberi resepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek rangsangan yang nyata. Sebagai contoh klien mengatakan mendengar suara padahal tidaka ada orang yang berbicara (Kusumawati, 2010).
Halusinasi adalah suatu gejala gangguan jiwa pada individu yang ditandai dengan perubahan sensori persepsi: merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, perabaan pengecapan dan penghiduan (Keliat, 2009)
Halusinasi pendengaran adalah mendengar suara atau bunyi yang berkisar dari suara sederhana sampai suara yang berbicara mengenai klien sehingga klien berespon terhadap suara atau bunyi tersebut (Stuart, 2007).
Dari beberapa pengertian yang dikemukan oleh para ahli mengenai halusinasi di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa halusinasi adalah persepsi klien melalui panca indera terhadap lingkungan tanpa ada stimulus atau rangsangan yang nyata. Sedangkan halusinasi pendengaran adalah kondisi dimana pasien mendengar suara, terutamanya suara–suara orang yang sedang membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu.
B.     Factor-faktor penyebab Halusinasi
a.       Faktor predisposisi
1.      Faktor perkembangan
Perkembangan yang terganggu misalnya rendah control dan kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu mandiri sejak kecil, yang menyebabkan mudah frustasi, hilang percaya diri, dan lebih rentan terhadap strees.
2.      Faktor sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak terima lingkungannya sejak bayi ( unwanted child) akan merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada lingkungannya.
3.      Faktor biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinnya gangguan jiwa, adannya strees yang berlebihan dialami seseorang maka di dalam tubuh akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia, seperti bufennol dan dimetytranferase (DMP). Akibat stress bekepanjangan menyebabkan teraktifasinya, neurotransmitter otak, misanya terjadi ketidakseimbangan asetyl kolin dan dopamine.
4.      Faktor psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggungjawab mudah terjerumus pada penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh pada ketidak mampuan klien dalam mengambil keputusan yang tepat demi masa depannya. Klien lebih memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata kea lam khayal.
5.      Faktor  genetic dan pola asuh
Pemnelitian menunjukan bahwa anak sehat yang diasuh ortu skizofreinia cenderung mengalami skizofreinia. hasil studi menunjukkan bahwa faktor keluarga menunjukkan hubungan yang saling berpengaruh pada penyakit ini.

b.      Faktor Presipitasi
1.      Perilaku
Respon klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan, perasaan tidak aman, gelisah dan bingung, perilaku merusak diri, kurang perhatian, tidak mampu mengambil keputusan serta tidak dapat membedakan keadaan nyata dan tidak nyata. Menurut Rawlinsh Heacock, 1993 mencoba mememcahkan masalah halusinasi berlandaskan atas hakikat keberadaan seorang individu sebagai makhluk yang dibangun atas dasar unsur bio, psiko, sosial, spiritual. Sehingga dapat dilihat dari 5 dimensi:
a.       Dimensi fisik
Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti kelelahan yang luar biasa, penggunaan obat-obatan, demam hingga delirium, intoksikasi alcohol, dan kesulitan tidur dalam waktu lama.
b.      Dimensi emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak dapat diatasi isi halusinasi dapat berupa perintah memaksa dan menakutkan.
c.       Dimensi intelektual
Dalam dimensi ini individu dengan halusinasi akan memperlihatkan adanya penurunan ego. Awalnya halusinasi merupakan usaha dari ego sendiri melawan impuks yang menekan, namun merupakan suatu hal yang menimbulkan kewaspadaaan yang dapat mengambil seluruh perhatian klien dan akan mengontrol semua perilaku klien.
d.      Dimensi sosial
Klien mengalami gangguan interaksi sosial dalam fase awal dan comforting, klien menganggap bahwa hidup di alam nyata sangat membahayakan. Klien asik dengan halusinasinya, seolah-olah dia merupakan tempat untuk memenuhi kebutuhan agar interaksi sosial, control diri, dan haarga diri yang tidak didapatkan dalam dunia nyata. Isi halusinasi dijadikan system control oleh individu tersebut, sehingga jika perintah halusinasi berupa ancaman, dirinya  atau orang lain cenderung untuk itu. Aspek penting dalam melakukan intervensi keperawatan klien dengan mengupayakan suatu proses interaksi yang menimbulkan pengalaman interpersonal yang memuaskan, serta mengusahakan klien tidak menyendiri sehingga klien selalu berinteraksi dengan lingkungannya dan halusinasi tidak berlangsung.
e.       Dimensi spiritual
Secara spiritual klien halusinasi mulai dengan kehampaan hidup, rutinitas tidak bermakna, hilangnya aktivitas ibadah dan berupaya secara spiritual untuk menyucikan diri.

C.     Tanda dan Gejala Halusinasi
Menurut Stuart dan Sundeen (1998), seseorang yang mengalami halusinasi biasanya memperlihatkan gejala-gejala yang khas yaitu:
Ø  Menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai.
Ø  Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara
Ø  Bertindak seolah-olah dipenuhi sesuatu yang mengasyikkan.
Ø  Ketidakmampuan untuk mengikuti petunjuk.
Ø  Perilaku menyerang teror seperti panik.
Ø  Sangat potensial melakukan bunuh diri atau membunuh orang lain.
Ø  Kegiatan fisik yang merefleksikan isi halusinasi seperti amuk dan agitasi.



D.    Jenis-jenis  Halusinasi
Jenis-jenis Halusinasi menurut Buku Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa (W.F Maramis):
1.      Halusinasi penglihatan (visual optic): tak berbentuk atau sinar, kilapan atau pola cahaya atau berbentuk orang, binatang atau barang lain yang dikenalnya, berwarna atau tidak.
2.      Halusinasi pendengaran (auditif, acustic): suara manusia, hewan atau mesin, barang, kejadian alamiah dan musik.
3.      Halusinasi pencium (olfactoric): mencium sesuatu bau.
4.      Halusinasi pengecap (gustactori): merasa/mengecap sesuatu.
5.      Halusinasi peraba (tactil): merasa diraba, disentuh, ditiup, disinari atau seperti ada ulat bergerak dibawah kulitnya.
6.      Halusinasi kinestetik : merasa badannya bergerak dalam sebuah ruang, atau anggota badannya  bergerak (umpamanya anggota badan bayangan atau “panthom limb”).
7.      Halusinasi viseral: perasaan timbul didalam tubuhnya.
8.      Halusinasi hipnagogic: terdapat ada kalanya pada seorang yang normal, tepat sebelum tertidur persepsi sensori bekerja salah.
9.      Halusinasi hipnopompic: seperti pada nomor 8, tetapi terjadi tepat sebelum terbangun sama sekali dari tidurnya. Disamping itu ada pula pengalaman halusinatoric dalam impian yang normal.
10.  Halusinasi histeric: timbul pada nerosa histeric karena konflik emosional.

E.     Tahap-tahap Halusinasi
Menurut kusumawati, farida , 2011
Fase pertama disebut juga fase comforting yaitu fase menyenangkan. Pada tahap ini masuk dalam golongan nonpsikotik. Karakteristik: klien mengalami stres, cemas, perasaan perpisaan, rasa bersalah, kesepian yang memuncak, dan yang tidak dapat diselesaikan. Klien mulai melamun dan memikirkan hal-hal yang menyenangkan, cara ini hanya menolong sementara. Perilaku klien : tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan bibir tanpa suara, pergerakan mata cepat, respon ferbal yang lambat jika sedang asik dengan halusinasinya dan suka menyendiri.
Fase kedua disebut juga dengan fase condemning atau ansietas berat yaitu  halusinasi menjadi menjijikkan. Termasuk kedalam psikotik ringan. Karakteristik : pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan, kecemasan meningkat, melamun, dan berpikir sendiri jadi dominan. Mulai dirasakan ada bisikan yang tidak jelas. Klien tidak ingin orang lain tahu, dan ia tetap dapat mengiontrolnya. Perilaku klien : meningkatnya tanda-tanda system saraf otonom seperti peningkatan denyut jantung dan tekanan darah. Klien asik dengan halusinasinya dan tidak bisa membedakan realitas.
Fase ketiga adalah fase controlling atau ansietas berat yaitu pengalaman sensori menjadi berkuasa. Termasuk dalam gangguan psikotik. Karakteristik : bisikan, suara, isi halusinasi, semakin meninjol, menguasai dan mengontrol klien. Klien menjadi terbiasa dan tidak berdaya terhadap halusinasinya. Perilaku klien : kemauan dikendalikan halusinasi, rentang perhatian hanya beberapa menit atau detik. Tanda-tanda fisik berupa klien berkeringat, tremor, dan tidak mampu mematuhi perintah.
Fase ke empat adalah fase conquering  atau panic yaitu klien lebur dengan halusinasinya. Termasuk dalam psikotik berat. Karakteristik: halusinasinya berubah menjadi mengancam, memerintah, dan memarahi klien. Klien menjadi takut, tidak berdaya, hilang control dan tidak dapat berhubungan secara nyata dengan orang lain di lingkungan. Perilaku klien : perilaku terror akibat panic, potensi bunuh diri, perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri atau katatonik, tidak mampu merespon terhadap perintah kompleks dan tidak mampu berespon lebih dari satu orang.

F.      Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien halusinasi resiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
G.    Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pasien skizofrenia adalah dengan pemberian obat-obatan dan tindakan lain, yaitu :
1)      Psikofarmakologis
           Obat-obatan yang lazim digunakan pada gejala halusinasi pendengaran yang merupakan gejala psikosis pada pasien skizofrenia adalah obat-obatan anti-psikosis.
2)      Terapi kejang listrik atau Elektro Compulcive Therapy (ECT)
3)       



BAB IV
PENUTUP
a.       Kesimpulan
Halusinasi adalah terganggunya persepsi sensori seseorang dimana tidak terdapat stimulus. Perhatikan apakah termasuk ke dalam tipe halusinasi pengelihatan (optik), halusinasi pendengaran (akustik), halusinasi pengecap (gustatorik), halusinasi peraba (taktil), halusinasi penciuman (olfaktori), halusinasi gerak (kinestetik), halusinasi histerik, halusinasi hipnogogik, ataukah halusinasi viseral.
Sedangkan seseorang yang mengalami gangguan persepsi halusinasi akan mengalami fase-fase berikut:
1.      Sleep disorder (fase awal seseorang sebelum muncul halusinasi)
2.      Comforting moderate level of anxiety (halusinasi secara umum ia terima sebagai sesuatu yang alami)
3.      Condemning severe level of anxiety (secara umum halusinasi sering mendatangi klien)
4.      Controlling severe level of anxiety (fungsi sensori menjadi tidak relefan dengan kenyataan)
5.      Conquering panic level of anxiety (klien mengalami gangguan dalam menilai)
Adapun Faktor-faktor penyebab halusinasi:
a.       Faktor predisposisi (Faktor perkembangan, Faktor sosiokultural, Faktor biokimia, Faktor psikologis, serta Faktor  genetic dan pola asuh)
b.      Faktor Presipitasi (Dimensi fisik, Dimensi emosional, Dimensi intelektual, Dimensi sosial, Dimensi spiritual)
Seseorang dapat dikatakan mengalami gangguan presepsi halusinasi ketika muncul tanda gejala halusinasi seperti : Bicara atau tertawa sendiri, Marah-marah tanpa sebab, Ketakutan kepada sesuatu yang tidak jelas, Menghidu seperti sedang membaui bau-bauan tertentu, Sering meludah atau muntah, Mengaruk-ngaruk permukaan kulit seperti ada serangga di permukaan kulit. Sehingga didapatkan diagnosa sebagai berikut: isolasi social, resti pk, gangguan persepsi halusinasi, harga diri rendah kronis, percobaan bunuh diri karena rasa bersalah.
b.      saran
Diharapkan kepada para pembaca, jika menjumpai seseorang yang mengalami gangguan persepsi halusinasi agar memberikan perhatian dan perawatan yang tepat kepada penderita sehingga keberadaannya dapat diterima oleh masyarakat seperti sediakala.







DAFTAR PUSTAKA

 http://digilib.unimus.ac.id/download.php?id=8211
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3&cad=rja&uact=8&ved=0CC8QFjAC&url=http%3A%2F%2Flibrary.usu.ac.id%2Fdownload%2Ffk%2Fkeperawatan
http://digilib.unimus.ac.id/download.php?id=1249
http://digilib.stikeskusumahusada.ac.id/download.php?id=551
 https://www.scribd.com/doc/132059200/Makalah-Tutorial-Jiwa-Halusinasi

No comments:

Post a Comment