Monday, April 10, 2017

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA HARGA DIRI RENDAH

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
     Menurut WHO  sehat adalah keadaan keseimbangan yang sempurna baik fisik, mental dan social, tidak hanya bebas dari penyakit dan kelemahan.Menurut UU Kesehatan RI no. 23 tahun 1992, sehat adalah keadaan sejahtera tubuh, jiwa, social yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara social dan ekonomis.Sakit adalah ketidak seimbangan fungsi normal tubuh manusia, termasuk sejumlah system biologis dan kondisi penyesuaian.  Kesehatan jiwa adalah satu kondisi sehat emosional psikologis, dan social yang terlihat dari hubungan interpersonal yang memuaskan, perilaku dan koping yang efektif, konsep diri yang positif, dan kestabilan emosionl (Videbeck, 2008)Gangguan jiwa didefenisikan sebagai suatu sindrom atau perilaku yang penting secara klinis yang terjadi pada seseorang dan dikaitakan dengan adanya distress (misalnya gejala nyeri) atau disabilitas (kerusakan pada satu atau lebih area fungsi yang penting) (Videbeck, 2008)
     Di zaman modern ini, globalisasi terjadi di berbagai bidang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat. Selain berbagai kemudahan, pada zaman modern ini juga memberikan banyak stresor bagi masyarakat. Stresor dapat memengaruhi keadaan jiwa seseorang Salah satunya harga diri rendah.
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri atau kemampuan diri. Adanya perasaan hilang percaya diri, merasa gagal karena tidak mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri (Keliat, 1998).
     Harga diri seseorang sangat dipengaruhi oleh individu itu sendiri, lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat dan beberapa pengalaman in dividu. Seseorang yang memiliki koping yang baik, maka ia akan mampu mempertahankan atau meningkatkan harga dirinya.

B.Rumusan Masalah
Apakah pengertian dari Harga Diri Rendah ?
Apa saja etiologi Harga Diri Rendah ?
Apa saja  proses terjadinya Harga Diri Rendah
Apa saja Prognosis dan komplikasi Harga Diri Rendah?
Apa saja Manifestasi Klinik Harga Diri Rendah?
Apa saja Penatalaksanaan Harga Diri Rendah?

C. Tujuan
Untuk mengetahui pengertian dari Harga Diri Rendah
Untuk mengetahui etiologi dari Harga Diri Rendah
Untuk mengetahui proses terjadinya Harga Diri Rendah
Untuk mengetahui Prognosis dan komplikasi Harga Diri Rendah
Untuk mengetahui Manifestasi Klinik Harga Diri Rendah
Untuk mengetahui Penatalaksanaan  Harga Diri Rendah



BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 KONSEP  DASAR  HARGA DIRI  RENDAH
PENGERTIAN
Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan menganalisis seberapa sesuai perilaku dirinya dengan ideal diri. (Gail. W. Stuart, 2007)
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti, dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negative terhadap diri sendiri dan kemampuan diri. (TIM MPKP RSMM & FIK UI, 2009: )
Harga diri rendah merupakan perasaan negatif terhadap diri sendiri termasuk kehilangan rasa percaya diri, tidak berharga, tidak berguna, tidak berdaya, pesimis, tidak ada harapan dan putus asa ( Depkes RI, 2000 )
ETIOLOGI
Harga diri rendah sering di sebabkan karena adanya koping individu yang tidak efektif akibat adanya kurang umpan balik, kurangnya umpan balik yang positif, kurangnya sistem pendukung, kemunduran perkembangan ego, pengulangan umpan balik yang negatif, disfungsi sistem keluarga serta terfiksasi pada tahap perkembangan awal, sehingga individu yang mempunyai koping individu tidak efektif akan menunjukkan ketidakmampuan dalam menyesuaikan diri atau tidak dapat memecahkan masalah terhadap tuntuan hidup serta peran yang dihadapi.
Penyebab terjadinya harga diri rendah antara lain :
a.Faktor predisposisi ( Stuard and Sudeen, 1998 )
Penolakan orang tua
Harapan orang tua yang tidak realistis
Kegagalan yang berulang kali
Kurang mempunyai tanggung jawab personal
Ketergantungan pada orang lain
Ideal diri tidak realistis
b. Faktor presipitasi ( Stuard and Sudeen, 1998 )
Faktor  presipitasi dapat disebabkan oleh faktor dari dalam atau faktor dari luar individu ( eksternal or internal sources )
Ketegangan peran beruhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan dimana individu mengalami frustrasi. Ada tiga jeis transisi peran :
Transisi peran perkembangan adalah perubahan normatif yang berkaitan dengan pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap perkembangan dalam kehidupan individu atau keluarga dan norma-norma budaya, nilai-nilai tekanan untuk peyesuaian diri.
Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atau berkurangnya anggota keluarga melalui kelahiran atau kematian.
Transisi peran sehat sakit sebagai akibat pergeseran dari keadaan sehat ke keadaan sakit. Transisi ini mungkin dicetuskan oleh kehilangan bagian tubuh, perubahan ukuran, bentuk, penampilan dan fungsi tubuh, perubahan fisik, prosedur medis dan keperawatan
Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan kejadian yang mengancam kehidupan.

PROSES TERJADINYA MASALAH
Menurut Stuart (2007: hal.186) Konsep diri tidak terbentuk waktu lahir, tetapi di pelajari sebagai hasil pengalaman unik seseorang dalam dirinya sendiri, dengan orang terdekat dan dengan realitas dunia, dengan 5 komponen konsep diri yaitu citra tubuh, ideal diri, harga diri, performa peran dan identitas pribadi. Individu dengan kepribadian yang sehat akan mengalami hal - hal seperti citra tubuh yang positif, ideal diri yang realistis, konsep diri yang positif, harga diri yang tinggi, performa peran yang memuaskan, rasa identitas yang jelas. Awalnya individu berada pada suatu situasi yang penuh stressor ( krisis ), individu berusaha menyelesaikan krisis tetapi tidak tuntas sehingga timbul pikiran bahwa dirinya tidak mampu atau merasa gagal menjalankan fungsi dan peran, seperti trauma yang tiba tiba misalnya harus operasi, kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja. Penilaian individu terhadap diri sendiri karena kegagalan menjalankan fungsi peran adalah kondisi harga diri rendah situasional. Jika lingkungan tidak memberikan dukungan positif atau justru menyalahkan individu dan terjadi secara terus menerus akan mengakibatkan individu mengalami harga diri rendah kronis. Harga diri rendah kronis juga dipengaruhi beberapa factor seperti factor biologis, psikologis, social dan cultural. Factor biologis biasanya karena ada kondisi sakit fisik yang dapat mempengaruhi kerja hormon secara umum yang dapat pula berdampak pada keseimbangan neurotransmitter di otak, contah kadar serotonin yang menurun dapat mengakibatkan klien mengalami depresi dan pada pasien depresi kecenderungan harga diri rendah kronis semakin besar karena klien dipengaruhi oleh pikiran-pikiran negatif dan tidak berdaya. Faktor psikologis berhubungan dengan pola asuh dan kemampuan individu menjalankan peran dan fungsi meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak, orang tua tidak percaya pada anak, tekanan teman sebaya, peran yang tidak sesuai dengan jenis kelamin dan peran dalam pekerjaan. Faktor sosial yaitu status ekonomi seperti kemiskinan, tinggal di daerah kumuh. Faktor kultural seperti tuntutan peran kebudayaan.seperti wanita sudah harus menikah jika umur mencapai dua puluhan.

KOMPLIKASI
Harga diri rendah dapat beresiko terjadinya isolasi sosial. Isolasi sosial merupakan gangguan kepribadian yang tidak flexible pada tingkah laku yang maladaptif, menganggu fungsi seseorang dalam hubungan social

MANIFESTASI KLINIS
Menurut Keliat (1999) tanda dan gejala yang dapat muncul pda pasien harga diri rendah adalah :
Perasaan malu terhadap diri sendiri, individu mempunyai perasaan kurang percaya diri.
Rasa bersalah terhadaap diri sendiri, individu yang selalu gagaal dalaam meraih sesuatu.
Merendahkan martabat diri sendiri, menganggap dirinya berada dibawah orang lain.
Gangguan berhubungan social seperti menarik diri, lebih suka menyendiri dan tidak ingin bertemu orang lain.
Rasa percaya diri kurang , merasa tidak percaya dengan kemampuan yang dimiliki.
Sukar mengambil keputusan, cenderung bingung dan ragu-ragu dalam memilih sesuatu.
Menciderai diri sendiri sebagai akibat harga diri yang rendah disertai harapan yang suram sehingga memungkinkan untuk mengakhiri kehidupan.
Mudah tersinggung atau marah yang berlebihan.
Perasaan negatif mengenai tubuhnya sendiri.
Ketegangan peran yang dirasakan.
Pandangan hidup pesimis.
Keluhan fisik
Penolakan terhadap kemampuan personal
Destruktif terhadap diri sendiri
Menarik diri secara social
Penyalahgunaan zat
Menarik diri dari realitas
Khawatir

PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan Keperawatan
Keliat ( 1999 ) menguraikan empat cara untuk meningkatkan harga diri yaitu :
Memberi kesempatan untuk berhasil
Menanamkan gagaasan
Mendorong aspirasi
Membantu membentuk koping

Penatalaksanaan Medis
1) Chlorpromazine  ( CPZ )     : 3 x100 mg
Indikasi
Untuk sindrom psikosis yaitu berdaya berat dalam kemampuan menilai realitas, kesadaran diri terganggu, daya nilai norma sosial dan tilik diri terganggu, berdaya berat dalam fungsi-fungsi mental : waham, halusinasi, gangguan perasaan dan perilaku yang aneh atau tidak terkendali, berdaya berat dalam fungsi kehidupan sehari-hari, tidak mampu bekerja, hubungan sosial dam melakukan kegiatan rutin.
Cara kerja
Memblokade dopamine pada reseptor pasca sinap di otak khususnya sistem ekstra piramidal.
Kontra indikasi
Penyakit hati, penyakit darah, epilepsi, kelainan jantung, febris, ketergantungan obat, penyakit SSP, gangguan kesadaran yang disebabkan CNS Depresi.
Efek samping
Sedasi
Gangguan otonomik (hypotensi, antikolinergik / parasimpatik, mulut kering, kesulitan dalam miksi dan defekasi, hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intra okuler meninggi, gangguan irama jantung).
Gangguan ekstra piramidal ( distonia akut, akatshia, sindrom parkinsontremor, bradikinesia rigiditas ).
Gangguan endokrin ( amenorhoe, ginekomasti ).
Metabolik ( Jaundice )
Hematologik, agranulosis, biasanya untuk pemakaian jangka panjang
2) Halloperidol ( HP ) : 3 x 5 mg
Indikasi
Penatalasanaan psikosis kronik dan akut, gejala demensia pada lansia, pengendalian hiperaktivitas dan masalah perilaku berat pada anak-anak.
Cara kerja
Halloperidol merupakan derifat butirofenon yang bekerja sebagai antipsikosis kuat dan efektif untuk fase mania, penyebab maniak depresif, skizofrenia dan sindrom paranoid. Di samping itu halloperidol juga mempunyai daya anti emetik yaitu dengan menghambat sistem dopamine dan hipotalamus. Pada pemberian oral halloperidol diserap kurang lebih 60–70%, kadar puncak dalam plasma dicapai dalam waktu 2-6 jam dan menetap 2-4 jam. Halloperidol ditimbun dalam hati dan ekskresi berlangsung lambat, sebagian besar diekskresikan bersama urine dan sebagian kecil melalui empedu.
Kontra indikasi
Parkinsonisme, depresi endogen tanpa agitasi, penderita yang hipersensitif terhadap halloperidol, dan keadaan koma.
Efek samping
Pemberian dosis tinggi terutama pada usia muda dapat terjadi reaksi ekstapiramidal seperti hipertonia otot atau gemetar. Kadang-kadang terjadi gangguan percernaan dan perubahan hematologik ringan, akatsia, dystosia, takikardi, hipertensi, EKG berubah, hipotensi ortostatik, gangguan fungsi hati, reaksi alergi, pusing, mengantuk, depresi, oedem, retensio urine, hiperpireksia, gangguan akomodasi.
3) Trihexypenidil ( THP ) : 3 x 2 mg
Indikasi
Semua bentuk parkinson (terapi penunjang), gejala ekstra piramidal berkaitan dengan obat-obatan antipsikotik.
Cara kerja
Kerja obat-obat ini ditujukan untuk pemulihan keseimbangan kedua neurotransmiter mayor secara alamiah yang terdapat di susunan saraf pusat asetilkolin dan dopamin, ketidakseimbangan defisiensi dopamin dan kelebihan asetilkolamin dalam korpus striatum. Reseptor asetilkolin disekat pada sinaps untuk mengurangi efek kolinergik berlebih.
Kontra indikasi
Hipersensitivitas terhadap obat ini atau antikolonergik lain, glaukoma, ulkus peptik stenosis, hipertrofi prostat atau obstruksi leher kandung kemih, anak di bawah 3 tahun, kolitis ulseratif.
Efek samping
Pada susunan saraf pusat seperti mengantuk, pusing, penglihatan kabur, disorientasi, konfusi, hilang memori, kegugupan, delirium, kelemahan, amnesia, sakit kepala. Pada kardiovaskuler seperti hipotensi ortostatik, hipertensi, takikardi, palpitasi. Pada kulit seperti ruam kulit, urtikaria, dermatitis lain. Pada gastrointestinal seperti mulut kering, mual, muntah, distres epigastrik, konstipasi, dilatasi kolon, ileus paralitik, parotitis supuratif. Pada perkemihan seperti retensi urine, hestitansi urine, disuria, kesulitan mencapai atau mempertahankan ereksi. Pada psikologis seperti depresi, delusu, halusinasi, dan paranoid.
c. Terapi okupasi / rehabilitasi
Terapi yang terarah bagi pasien, fisik maupun mental dengan menggunakan aktivitas terpilih sebagai media. Aktivitas tersebut berupa kegiatan yang direncanakan sesuai tujuan ( Seraquel, 2004 )
d. Psikoterapi
Psikoterapi yang dapat membantu penderita adalah psikoterapi suportif dan individual atau kelompok serta bimbingan yang praktis dengan maksud untuk mengembalikan penderita ke masyarakat ( Seraquel, 2004 )
e. Terapi psikososial
            Kaplan and Sadock ( 1997 ), rewncana pengobatan untuk skizofrenia harus ditujukan padaa kemampuan daan kekurangan pasien. Selain itu juga perlu dikembangkan terapi berorientasi keluarga, yang diarahkan untuk strategi penurunan stress dan mengatasi masalah dan perlibatan kembali pasien kedalam aktivitas.






BAB III
PENUTUP
3.1       KESIMPULAN
  Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang    berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri atau kemampuan diri. Adanya perasaan hilang kepercayaan diri, merasa gagal karena tidak mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri (Keliat, 1998).
Dalam malakukan perawatan jiwa sangat penting sekali membina hubungan saling percaya dan juga membutuhkan kolaborasi yang baik dengan tenaga medis (dokter dan perawat), keluarga dan juga lingkungan (tetangga dan masarakat) terapeutik, agar semua maksud dan tujuan klien dirawat maupun perawat yang merawat tercapai.

3.2       SARAN
1.      Klien
Libatkan klien dalam aktivitas positif
Minum obat secara rutin dengan prinsip 5B
Memahami aspek positif dan kemampuan yang dimilikinya
Berlatih untuk berinteraksi dengan orang lain
2.      Keluarga
Mau dan mampu berperan serta dalam pemusatan kemajuan klien
Membantu klien dalam pemenuhan aktivitas positif
Menerima klien apa adanya
Hindari pemberian penilaian negative

3.      Perawat
Lebih mengingatkan terapi theraupetik terhadap klien
Menyarankan keluarga untuk menyiapkan lingkungan dirumah
Meningkatkan pemenuhan kebutuhan dan perawatan klien
Memberi reinforcement




DAFTAR PUSTAKA
Dadang, Hawari. 2001. Manajemen Stres, Cemas dan Depresi. Jakarta: FKUI.
Depkes RI. 2000. Keperawatan Jiwa. Jakarta
Harrol, Kaplan. 1987. Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat. Jakarta. Widya Medika
Keliat, at all. 1998. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta. Egc
Keliat, Budi Ana. 1992. Peran Serta Keluarga dalam Perawatan Klien Gangguan Jiwa. EGC: Jakarta.
Stuart and Sundeen. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta. Egc
Stuart, G.W. dan Sudeen, S.J. (1995). “Principles And Practice Of Psychiatric Nursing”. (6th ed). St. Louis : Mosby year book
Town send, M.C. (1998). “Diagnosa Keperawatan Psikiatri : Pedoman untuk pembuatan rencana keperawatan”. Jakarta : EGC (terjemahan).
Towsend, Mary C. 1998. diagnosa keperawatan pada keperawatan psikiatri. Jakarta. Egc
Yosep, Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa Edisi Revisi. Bandung: PT Refika Aditama.

No comments:

Post a Comment