Saturday, April 8, 2017

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA WAHAM


MAKALAH
WAHAM

O

L

E

H


HERDI Y KOMALING

MATA KULIAH :
KEPERAWATAN JIWA





UNIVERSITAS SARIPUTRA INDONESIA TOMOHON
FAKULTAS KEPERAWATAN
2014



KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat  Tuhan, karena berkat rahmat dan karuniaNyalah akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa.Adapun tujuan dari makalah ini adalah untuk memahami mengenai Waham.
Saya menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna, mengingat pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki masih sangat terbatas. Oleh karena itu, Saya juga mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun semangat, agar kedepan bisa membuat makalah dengan lebih baik. Dan saya berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan pihak yang memerlukan pada umumnya.
Semoga Tuhan memberikan rahmat serta karuniannya kepada semua pihak yang telah turut membantu penyusunan makalah ini.




                                                                                                            Tomohon 26 November 2014




BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang
Menurut WHO  sehat adalah keadaan keseimbangan yang sempurna baik fisik, mental dan social, tidak hanya bebas dari penyakit dan kelemahan. Menurut UU Kesehatan RI no. 23 tahun 1992, sehat adalah keadaan sejahtera tubuh, jiwa, social yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara social dan ekonomis.
Sakit adalah ketidakseimbangan fungsi normal tubuh manusia, termasuk sejumlah system biologis dan kondisi penyesuaian.  
Kesehatan jiwa adalah satu kondisi sehat emosional psikologis, dan social yang terlihat dari hubungan interpersonal yang memuaskan, perilaku dan koping yang efektif, konsep diri yang positif, dan kestabilan emosionl (Videbeck, 2008)
Gangguan jiwa didefenisikan sebagai suatu sindrom atau perilaku yang penting secara klinis yang terjadi pada seseorang dan dikaitakan dengan adanya distress (misalnya gejala nyeri) atau disabilitas (kerusakan pada satu atau lebih area fungsi yang penting) (Videbeck, 2008)
Waham atau delusi adalah keyakinan tentang suatu pikiran yang kokoh, kuat, tidak sesuai dengan kenyataan, tidak cocok dengan intelegensia dan latar belakang budaya, selalu dikemukakan berulang-ulang dan berlebihan biarpun telah dibuktikan kemustahilannya atau kesalahannya atau tidak benar secara umum
b. Rumusan Masalah
1.      Apakah pengertian dari Waham ?
2.      Apa saja etiologi Waham ?
3.      Apa saja  proses terjadinya Waham?
4.      Apa saja jenis – jenis  Waham?
5.      Apa saja tanda dan gejala dari Waham ?
6.      Apa saja Prognosis dan komplikasi Waham?
7.      Apa saja Manifestasi Klinik Waham?
8.      Apa saja Penatalaksanaan waham?


c.       Tujuan
1.      Untuk mengetahui pengertian dari Waham
2.      Untuk mengetahui etiologi dari Waham
3.      Untuk mengetahui proses terjadinya Waham
4.      Untuk mengetahui jenis – jenis  Waham
5.      Untuk mengetahui tanda dan gejala dari Waham
6.      Untuk mengetahui Prognosis dan komplikasi Waham
7.      Untuk mengetahui Manifestasi Klinik Waham
8.      Untuk mengetahui PenatalaksanaanWaham

























BAB II
TINJAUAN TEORI

A.     Pengertian
Waham adalah keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan yang tetap dipertahankan dan tidak dapat dirubah secara logis oleh orang lain. Keyakinan ini berasal dari pemikiran klien yang sudah kehilangan control
Waham merupakan keyakinan seseorang berdasarkan penelitian realistis yang salah, keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang budaya (Keliat, BA, 1998). Waham adalah kepercayaan yang salah terhadap objek dan tidak konsisten dengan latar belakang intelektual dan budaya (Rawlins, 1993)
Waham (dellusi) adalah keyakinan individu yang tidak dapat divalidasi atau dibuktikan dengan realitas. Haber (1982) keyakinan individu tersebut tidak sesuai dengan tingkat intelektual dan latar belakang budayanya. Rawlin (1993) dan tidak dapat digoyahkan atau diubah dengan alasan yang logis  (Cook and Fontain 1987)serta keyakinan tersebut diucapkan berulang -ulang.

B.     Etiologi
Salah satu penyebab dari perubahan proses pikir : waham yaitu Gangguan konsep diri : harga diri rendah. Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, dan merasa gagal mencapai keinginan.Faktor predisposisi yang mungkin mengakibatkan timbulnya waham adalah:
Ø  Biologis:
Gangguan perkembangan dan fungsi otak / SSP yang menimbulkan:
a.       Hambatan perkembangan otak khususnya kortek prontal, temporal dan limbik.
b.      Pertumbuhan dan perkembangan individu pada prenatal, perinatal, neonatus dan kanak-kanak.
Ø  Psikososial
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon psikologis dari klien. Sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi seperti penolakan dan kekerasan.
Ø  Sosial Budaya
Kehidupan sosial budaya dapat pula mempengaruhi timbulnya waham seperti kemiskinan. Konflik sosial budaya (peperangan, kerusuhan, kerawanan) serta kehidupan yang terisolasi dan stress yang menumpuk.
Faktor prespitasi yang biasanya menimbulkan waham merupakan karakteristik umum latar belakang termasuk riwayat penganiayaan fisik / emosional, perlakuan kekerasan dari orang tua, tuntutan pendidikan yang perfeksionis, tekanan, isolasi, permusuhan, perasaan tidak berguna ataupun tidak berdaya.

C.      Proses Terjadinya Waham
Menurut Yosep (2009), proses terjadinya waham meliputi 6 fase, yaitu :
1.      Fase of human need
Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan-kebutuhan klien baik secara fisik maupun psikis. Secara fisik klien dengan waham dapat terjadi pada orang-orang dengan status sosial dan ekonomi sangat terbatas. Biasanya klien sangat miskin dan menderita. Keinginan ia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya mendorongnya untuk melakukan kompensasi yang salah. Ada juga klien yang secara sosial dan ekonomi terpenuhi tetapi kesenjangan antara realiti denganself ideal sangat tinggi.
2.      Fase lack of self esteem
Tidak adanya pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan antara self ideal dengan self reality (keyataan dengan harapan) serta dorongn kebutuhan yang tidak terpenuhi sedangkan standar lingkungan sudah melampaui kemampuannya.
3.      Fase control internal external
Klien mencoba berpikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa-apa yang ia katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak sesuai dengan keyataan, tetapi menghadapi keyataan bagi klien adalah suatu yang sangat berat, karena kebutuhannya untuk diakui, kebutuhan untuk dianggap penting dan diterima lingkungan menjadi prioritas dalam hidupnya, karena kebutuhan tersebut belum terpenuhi sejak kecil secara optimal. Lingkungan sekitar klien mencoba memberikan koreksi bahwa sesuatu yang dikatakan klien itu tidak benar, tetapi hal ini tidak dilakukan secara adekuat karena besarnya toleransi dan keinginan menjaga perasaan. Lingkungan hanya menjadi pendengar pasif tetapi tidak mau konfrontatif berkepanjangan dengan alasan pengakuan klien tidak merugikan orang lain.
4.      Fase envinment support
Adanya beberapa orang yang mempercayai klien dalam lingkungannya menyebabkan klien merasa didukung, lama kelamaan klien menganggap sesuatu yang dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran karena seringnya diulang-ulang. Dari sinilah mulai terjadinya kerusakan kontrol diri dan tidak berfungsinya norma (super ego) yang ditandai dengan tidak ada lagi perasaan dosa saat berbohong.
5.      Fase comforting
Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta menganggap bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan mendukungnya. Keyakinan sering disertai halusinasi pada saat klien menyendiri dari lingkungannya. Selanjutnya klien sering menyendiri dan menghindari interaksi sosial (isolasi sosial)
6.      Fase improving
Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap waktu keyakinan yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham yang muncul sering berkaitan dengan traumatik masa lalu atau kebutuhan-kebutuhan yang tidak terpenuhi (rantai yang hilang). Waham bersifat menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi waham dapat menimbulkan ancaman diri dan orang lain.

D.    Jenis-jenis waham
Jenis-jenis waham antara lain,
1.      Waham Kebesaran
Penderita merasa dirinya orang besar, berpangkat tinggi, orang yang pandai sekali, orang kaya.
2.      Waham Dikejar
Individu merasa dirinya senantiasa di kejar-kejar oleh orang lain atau kelompok orang yang bermaksud berbuat jahat padanya.
3.      Waham Nihilistik
Keyakinan bahwa dunia ini sudah hancur atau dirinya sendiri sudah meninggal.
4.      Waham Berdosa
Timbul perasaan bersalah yang luar biasa dan merasakan suatu dosa yang besar. Penderita percaya sudah selayaknya ia di hukum berat.
5.      Waham Cemburu
Selalu cemburu pada orang lain.
6.      Waham Somatik atau Hipokondria
Keyakinan tentang berbagai penyakit yang berada dalam tubuhnya seperti ususnya yang membusuk, otak yang mencair.
7.      Waham Pengaruh
Yaitu pikiran, emosi dan perbuatannya diawasi atau dipengaruhi oleh orang lain atau kekuatan
8.      Waham Curiga
Individu merasa selalu disindir oleh orang-orang sekitarnya. Individu curiga terhadap sekitarnya. Biasanya individu yang mempunyai waham ini mencari-cari hubungan antara dirinya dengan orang lain di sekitarnya, yang bermaksud menyindirnya atau menuduh hal-hal yang tidak senonoh terhadap dirinya. Dalam bentuk yang lebih ringan, kita kenal “Ideas of reference” yaitu ide atau perasaan bahwa peristiwa tertentu dan perbuatan-perbuatan tertentu dari orang lain (senyuman, gerak-gerik tangan, nyanyian dan sebagainya) mempunyai hubungan dengan dirinya.
9.       Waham Keagamaan
Waham yang keyakinan dan pembicaraan selalu tentang agama.

E.     Tanda dan gejala waham
1.    Kognitif :
Ø  Tidak mampu membedakan nyata dengan tidak nyata
Ø  Tidak mampu mengambil keputusan
Ø  Individu sangat percaya pada keyakinannya
Ø  Sulit berfikir realita
2.    Afektif
Ø  Situasi tidak sesuai dengan kenyataan
Ø  Afek tumpul
3.    Prilaku dan Hubungan Sosial
Ø  Mengancam secara verbal
Ø  Hipersensitif
Ø  Curiga
Ø  Depresi
Ø  Ragu-ragu
Ø  Aktifitas tidak tepat
Ø  Streotif
Ø  Hubungan interpersonal dengan orang lain dangkal
4.    Fisik
Ø  Muka pucat
Ø  Sering menguap
Ø  Higiene kurang
Ø  BB menurun

F.      Prognosis dan komplikasi
Perjalanan penyakit gangguan waham menetap
1.      Kurang dari 25 % menjadi skizofrenia
2.      Kurang dari 10 % menjadi gangguan efektif
3.      50% sembuh untuk waktu yang lama
4.      20% hanya penurunan gejala
5.      30% tidak mengalami perubahan gejala
6.      Prognosis ke arah baik :
Ø  Riwayat pekerjaan dan hubungan sosial yang baik
Ø  Kemampuan penyesuaian yang tinggi
Ø  Wanita
Ø  Onset  sebelum 30 tahun
Ø  Onset
Ø  Onset tiba – tiba
Ø  Lamanya
Ø  Adanya faktor pencetus

G.    MANIFESTASI KLINIK
Tanda dan gejala yang dihasilkan atas penggolongan waham yaitu:
1. Waham dengan perawatan minimal
Ø  Berbicara dan berperilaku sesuai dengan realita.
Ø  Bersosialisasi dengan orang lain.
Ø  Mau makan dan minum.
Ø  Ekspresi wajah tenang.
2.      Waham dengan perawatan parsial
Ø  Iritable.
Ø  Cenderung menghindari orang lain.
Ø  Mendominasi pembicaraan.
Ø  Bicara kasar.
3.      Waham dengan perawatan total
Ø  Melukai diri dan orang lain.
Ø  Menolak makan / minum obat karena takut diracuni.
Ø  Gerakan tidak terkontrol.
Ø  Ekspresi tegang.
Ø  Iritable.
Ø  Mandominasi pembicaraan.
Ø  Bicara kasar.
Ø  Menghindar dari orang lain.
Ø  Mengungkapkan keyakinannya yang salah berulang kali.
Ø  Perilaku bazar.
Ø  Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang agama, kebesaran, kecurigaan, keadaan dirinya berulang kali secara berlebihan tetapi tidak sesuai kenyataan.
Ø  Klien tampak tidak mempunyai orang lain.
Ø  Curiga
Ø  Bermusuhan
Ø  Merusak (diri, orang lain, lingkungan)
Ø  Takut, sangat waspada
Ø  Tidak tepat menilai lingkungan/ realitas
Ø  Mudah tersinggung

H.    Penatalaksanaan
Perawatan dan pengobatan harus secepat mungkin dilaksanakan karena, kemungkinan dapat menimbulkan kemunduran mental. Penatalaksanaan klien dengan waham meliputi farmako terapi, ECT dan terapi lainnya seperti: terapi psikomotor, terapi rekreasi, terapi somatik, terapi seni, terapi tingkah laku, terapi keluarga, terapi spritual dan terapi okupsi yang semuanya bertujuan untuk memperbaiki prilaku klien dengan waham pada gangguan skizoprenia. Penatalaksanaan yang terakhir adalah rehablitasi sebagai suatu proses refungsionalisasi dan pengembangan bagi klien agar mampu melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar dalam kehidupan masyarakat.







BAB IV
PENUTUP
a.      Kesimpulan
Waham atau delusi adalah keyakinan tentang suatu pikiran yang kokoh, kuat, tidak sesuai dengan kenyataan, tidak cocok dengan intelegensia dan latar belakang budaya, selalu dikemukakan berulang-ulang dan berlebihan biarpun telah dibuktikan kemustahilannya atau kesalahannya atau tidak benar secara umum
Sedangkan seseorang yang mengalami gangguan persepsi waham  akan mengalami fase-fase berikut:
1.      Fase of human need
Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan-kebutuhan klien baik secara fisik maupun psikis. Secara fisik klien dengan waham dapat terjadi pada orang-orang dengan status sosial dan ekonomi sangat terbatas. Biasanya klien sangat miskin dan menderita. Keinginan ia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya mendorongnya untuk melakukan kompensasi yang salah. Ada juga klien yang secara sosial dan ekonomi terpenuhi tetapi kesenjangan antara realiti denganself ideal sangat tinggi.
2.      Fase lack of self esteem
Tidak adanya pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan antara self ideal dengan self reality (keyataan dengan harapan) serta dorongn kebutuhan yang tidak terpenuhi sedangkan standar lingkungan sudah melampaui kemampuannya.
3.      Fase control internal external
Klien mencoba berpikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa-apa yang ia katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak sesuai dengan keyataan, tetapi menghadapi keyataan bagi klien adalah suatu yang sangat berat, karena kebutuhannya untuk diakui, kebutuhan untuk dianggap penting dan diterima lingkungan menjadi prioritas dalam hidupnya, karena kebutuhan tersebut belum terpenuhi sejak kecil secara optimal. Lingkungan sekitar klien mencoba memberikan koreksi bahwa sesuatu yang dikatakan klien itu tidak benar, tetapi hal ini tidak dilakukan secara adekuat karena besarnya toleransi dan keinginan menjaga perasaan. Lingkungan hanya menjadi pendengar pasif tetapi tidak mau konfrontatif berkepanjangan dengan alasan pengakuan klien tidak merugikan orang lain.


4.      Fase envinment support
Adanya beberapa orang yang mempercayai klien dalam lingkungannya menyebabkan klien merasa didukung, lama kelamaan klien menganggap sesuatu yang dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran karena seringnya diulang-ulang. Dari sinilah mulai terjadinya kerusakan kontrol diri dan tidak berfungsinya norma (super ego) yang ditandai dengan tidak ada lagi perasaan dosa saat berbohong.
5.      Fase comforting
Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta menganggap bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan mendukungnya. Keyakinan sering disertai halusinasi pada saat klien menyendiri dari lingkungannya. Selanjutnya klien sering menyendiri dan menghindari interaksi sosial (isolasi sosial)
6.      Fase improving
Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap waktu keyakinan yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham yang muncul sering berkaitan dengan traumatik masa lalu atau kebutuhan-kebutuhan yang tidak terpenuhi (rantai yang hilang). Waham bersifat menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi waham dapat menimbulkan ancaman diri dan orang lain.
b.       Saran
Diharapkan kepada para pembaca, jika menjumpai seseorang yang mengalami gangguan persepsi Waham agar memberikan perhatian dan perawatan yang tepat kepada penderita sehingga keberadaannya dapat diterima oleh masyarakat seperti sediakala.




1 comment:

  1. kurang dapus sih itu aja jadi kurang leng
    kap buat di jadikan referensi

    ReplyDelete